Sabtu, 14 Desember 2013

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

Selamat hari minggu munyungers
dah lama ga posthing nih karna sibuk dengan kegiatan di dunia real.. hehe
Sekarang ane mau share masalah akuntansi biaya,walaupun libur tetep menuntut ilmu itu harus terus berjalan :D
Langsung aja nyok ke papan tulis :p



PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

A.        BIAYA PER UNIT
Perhitungan biaya berdasakan fungsi dan berdasarkan aktivitas membebankan biaya kepada objek biaya seperti produk, pelanggan, pemasok, bahan baku, dan jalur pemasaran. Ketika biaya dibebankan pada objek biaya, biaya per unit dihitung dengan membagi biaya total yang dibebankan degan jumlah unit dari objek biaya tertentu. Biaya per unit adalah total biaya yang berkaitan dengan unit yang diproduksi dibagi dengan umlah unit yang diproduksi.
Pentingnya Biaya Produk Per Unit
Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk atau jasa dapat ditentukan. Biaya per unit adalah bagian penting dari informasi bagi suatu perusahaan manuaktur.

Cara Untuk Mendapatkan Informasi Biaya Per Unit
Dua sistem pengukuran tersebut adalah :
1.     perhitungan biaya aktual : membebankan biaya aktual bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead ke produk.
2.     perhitungan biaya normal : membebankan biaya aktual bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke produk ; akan tetapi biaya overhead dibebankan ke produk dengan menggunakan tarif perkiraan.
Tarif perkiraan overhead adalah suatu tarif yang didasarkan pada perkiraan data dan dihitung dengn menggunakan rumus :
Tarif Perkiraan Overhad =  Biaya yang diperkirakan / Penggunaan aktivitas yang diperkirakan.

B.        PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN FUNGSI
Perhitungan biaya produk berdasarkan fungsi membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung.
Secara spesifik, perhitungan biaya berdasarkan fungsi menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit untuk membebankan biaya ovehead ke produk. Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi.
Contoh dari penggerak tingkat unit : Unit yang diproduksi ; Jam tenaga kerja langsung ; Biaya tenaga kerja langsung ; Jam mesin ; Biaya bahan baku langsung.
Langkah selanjutnya adlah menentukan kapsitas aktivitas yang diukur penggerak :
1.     Kapasitas aktivitas yang diharapkan : output aktivitas yang diharapkan perusahaan dapat tercapai pada tahun yang akan datang.
2.     Kapasitas Aktivitas normal           : output aktivitas rata-rata yang perusahaan alami dala jangka panjang.
3.     Kapasitas aktivitas teoritis            : output aktivitas maksimum secara absolut yang dapat direalisasikan dengan berasumsi bahwa semua beroperasi sempurma.
4.     Kapasitas aktivitas praktis            : output maksimum yang dapat diwujudkan jika semuanya berjalan dengan efisien.
Tarif Keseluruhan Pabrik
Perhitungan ini terdiri dari dua tahap, pertama, biaya overhead yang dianggarkan akan diakumulasi menjadi satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik. Terakhir, biaya overhead dibebankan ke produk, melalui cara mengalikan tarif tersebut dengan jumlah total jam tenaga kerja langsung aktual yang digunakan masing-masing produk.
Overhead yang dibebankan adalah jumlah total overhead yang dibebankan ke produksi aktual pada titik tertentu dalam suatu waktu.
Rumus :
Overhead yang dibebankan =  Tarif Overhead x Output aktivitas aktual
Perbedaan antara overhead aktual dan overhead yang dibebankan disebut variasi overhead. Jadi kemungkinan akan tercipta overhead yang terlalu rendah dibebankan (underapplied overhead) atau ovehead yang terlalu tinggi dibebankan (overapplied overhead).
Biaya per unit dihitung dengan menjumlahkan total biaya utama produk ke biaya overhead yang dibebankan, dan kemudian membagi biaya total ini dengan unit yang diproduksi.

Tarif Departemen
Ada 2 tahap bagi tarif overhead departemen. Pada tahap pertama, biaya overhead keseluruhan pabrik dibagi dan dibebankan ke tiap departeman produksi, dan membentuk kesatuan biaya overhead departemen.
Selanjutnya, pada tahap kedua, overhead dibebankan ke produk dengan mengkalikan tarif departemen dengan jumlah penggerak yang digunakan dalam departemen terkait.
Total overhead yang dibebankan ke produk secara sederhana adalah jumlah dari banyaknya overhead yang dibebankan dalam setiap departemen.
Overhead yang dibebankan adalah total dari banyaknya overhead yang dibebankan dalam tiap deprtemen.

C.        KETERBATASAN SISTEM AKUNTANSI BIAYA BERDASARKAN FUNGSI
Apabila perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang kompetitif mengadaptasi strategi baru untuk mencapai kesempurnaan dalam bersaing, sistem akuntasi biaya mereka sering kali harus berubah agar dapat sejalan.
Sering kali organisasi mengalami gejala tertentu yang menunjukkan bahwa sistem akuntansi biaya mereka telah ketinggalan jaman. Contoh gejala sistem biaya yang ketinggalan jaman : hasil dari penawaran sulit dijelaskan, harga pesaing tampak tidak wajar rendahnya ; margin laba sulit untuk dijelaskan. ; produk yang sulit diproduksi menunjukka laba yang tinggi ; pelanggan tidak mengeluh atas naiknya harga.

Biaya Overhead yang tidak berkaitan dengan Unit.
Dengan hanya menggunakan penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit untuk membebankan biaya ovehead yang tidak berkaitan dengan unit, akan menciptakan distorsi banyak produk. Tingkat keparahannya tergantung pada berapa proporsi keseluruhan biaya overhead yang ditunjukkan oleh biaya tingkat non unit ini.

Keanekaragaman Produk
Keanearagaman produk berarti bahwa produk mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda – beda. Proporsi setiap aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk didefinisikan sebagai rasio konsumsi.

D.        PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS
Pembebanan overhead tradisional melibatkan dua tahap : pertama, baya overhead dibebankan ke unit organisasi (pabrik atau departemen) dan kedua, biaya overhead kemudian dibebankan ke produk. Seperti dalam sistem biaya berdasarkan aktivitas, pertama-tama menelusuri biaya aktivitas dan kemudian produk. Akan tetapi, dalam sistem biaya ABC menekankan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak (menekankan hubungan sebab-akibat), sedangkan sisem biaya tradisional cenderung intensif lokasi (sangat mengabaikan hubungan sebab-akibat)

Pengidentifikasian Aktivitas dan Atributnya
Kamus aktivitas mendaftar aktivitas-aktivitas dalam sebuah organisasi bersamaan dengan atribut aktivitas yang penting. Atribut aktivitas adalah informasi keuangan dan non keuangan yang menggambarkan aktivitas individual.
Aktivitas primer adalah aktivitas yang dikonsumsi produk atau pelanggan
Aktivitas sekunder adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh aktivitas primer.

Pembebanan Biaya ke Aktivitas
Begitu aktivitas diidentifikasikan dan dijelaskkan, tugas berikunya adalah menentukan berap banyak biaya untuk melakukan tiap aktivitas. Hal ini membutuhkan identifikasi sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap aktivitas.
Penggerak sumber daya adalah faktor-faktor yang mengukur pemakaian sumber daya oleh aktivitas.

Pembebanan Biaya Aktivitas pada Aktivitas Lain.
Pembebanan biaya pada aktivitas menlengkapi tahap awal perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Pada tahap berikutnya, aktivitas diklasifikasikan sebagai primer dan sekunder. Jika terdapat aktivitas sekunder, maka tahap berikutnya muncul. Pada tahap berikutnya, biaya aktivitas sekunder dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang memakai outputnya.

Pembebanan Biaya Pada Produk
Setelah biaya dari aktivitas primer ditentukan, maka biaya tersebut dapat dibebankan pada produk dalam suau proporsi sesuai dengn aktivitas penggunaannya, seperti dengan diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini diselesaikan dengan penghitungan suatu tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan menglikan tarif ini dengan penggunaan aktual aktivitas.

E.        PENGELOMPOKAN AKTIVITAS YANG HOMOGEN
Pembebanan biaya pada aktivitas lain (tahap lanjutan atau pembebanan biaya pada produk dan pelanggan (tahap akhir) membutuhkan penggunaan tarif aktivitas. Pada prinsipnya terdapat tarif aktivitas yang dihitung untuk tiap aktivitas.
Proses Mengurangi Jumlah Tarif
Pengelompokan overhead didasarkan pada : mereka secara logis berhubungan dan mereka meiliki rasio konsumsi yang sama terhadap semua produk.
Kumpulan dari biaya overhead yang berhubungan dengan masing-masing kelompok aktivitas disebut kesatuan biaya sejenis.

Klasifikasi Secara Rinci Aktivitas
Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan, aktivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari 4 kategori umum aktivitas berikut :
1.     Tingkat unit, adalah aktivitas yang dilakukan setiap ali suatu unit diproduksi.
2.     Tingkat batch, adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch produk diproduksi.
3.     Tingkat produk, adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan.
4.     Tingkat fasilitas, adalah aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu pabrik.
Perbandingan dengan Perhitungan Biaya Berdasarkan Fungsi
Sistem berdasarkan aktivitas memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap, ternyata bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain volume produksi.




F.         PERHITUNGAN BIAYA PELANGGAN DAN PEMASOK AKTIVITAS
Sistem ABC juga dapat digunakan untuk menentukan keakuratan biaya pelanggan dan pemasok. Pengetahuan akan biaya pelanggan dan pemasok dapat menjadi informasi vital untuk memperbaiki tingkat laba suatu perusahaan.

Perhitungan Biaya Pelanggan Berdasarkan Aktivitas
Para pelanggan dapat memakai aktivitas penggerak pelanggan dalam proporsi yang berbeda. Sumber-sumber dari keanekaragaman pelanggan meliputi beberapa hal seperti frekuensi pesanan, frekuensi pengiriman, jarak geografis, dukungan penjualan dan promosi.

Perhitungan Biaya Pelanggan versus Perhitunganh Biaya Produk
Pembebanan biaya dari cutomer service pada pelanggan, dilakukan dengan cara yang sama untuk biaya produksi yang dibebankan pada produk.mbiaya sumber daya yang dipakai dibebankan ke aktivitas, dan biaya aktivitas di bebankan ke tiap pelanggan.

Perhitungan Biaya Pemasok Berdasarkan Aktivitas
Pemasok dapat mempengaruhi banyak aktivitas internal suatu perusahaan dan secara signifikan meningkatkan biaya pembelian. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah kunci penelusuran biaya yang berhubungan dengan pembelian , kualitas, keandalan, dan kinerja pengiriman hingga ke para pemasok.

Metodologi Perhitungan Biaya Pemasok
Aktivitas penggerak pemasok seperti pembelian, penerimaan , pemerikasaan komponen, pengerjaan ulang, dll dicatat dalam kamus aktifitas. Biaya sumber daya yang dipakai dibebankan pada aktivitas ini, dan biaya aktivitas dibebankan pada pemasok individual.

Kamis, 14 November 2013

PIAGAM JAKARTA



  • Piagam Jakarta adalah hasil kompromi tentang dasar negara Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan dan disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 antara pihak Islam dan kaum kebangsaan (nasionalis). Panitia Sembilan merupakan panitia kecil yang dibentuk oleh BPUPKI.

    Di dalam Piagam Jakarta terdapat lima butir yang kelak menjadi Pancasila dari lima butir, sebagai berikut:

    1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
    2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
    3. Persatuan Indonesia
    4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
    5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

    Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam Jakarta dijadikan Muqaddimah (preambule). Selanjutnya pada pengesahan UUD 45 18 Agustus 1945 oleh PPKI, istilah Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan UUD setelah butir pertama diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Perubahan butir pertama dilakukan oleh Drs. M. Hatta atas usul A.A. Maramis setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo.

    Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.

Contoh Dongeng Sunda

NINI-NINI MALARAT JEUNG DELEG (GABUS) KASAATAN

Jaman baheula aya nini-nini malarat teu kinten-kinten, papakéanana geus butut sarta laip, disampingna ogé, ngan ukur bisa nutupan orat. Kitu deui dahar leueutna salawasna ngan sapoé sakali baé, malah-malah sakapeung mah datang ka potpisan sapoé dua poé henteu manggih-manggih sangu, ngan ukur nginum cai wungkul. Ari buburuh dederep henteu kaduga jeung geus henteu laku, wantu-wantu enggeus kolot kurang tanagana. Jadi kahirupanana taya deui ngan tina ngaroroték baé dina tegal-tegal atawa kebon awi, ari beubeunanganana dipaké nukeuran béas atawa cangkaruk ka tatanggana.

Pandéning imahna ngan sempil baé, ditangkodkeun kana pongpok imah baturna, kitu ogé hateupna bilikna geus balocor, wantu-wantu henteu aya pisan, anu daék nulung mangngoméankeun, ku tina henteu boga sanak baraya, sumawona anak incu, éstuning nunggul pinang.

Ari éta nini-nini téh sakitu nya kokolotanana henteu pisan nyaho ka gusti Alah, ulahbon ngalampahkeun téa kana paréntahna, jenenganana ogé henteu apal, pangrasana ieu bumi jeung langit téh jadi sorangan baé, euweuh anu midamel Dina hiji mangsa éta nini-nini geus dua poé henteu manggih-manggih dadaharan, sosoroh nukeuran sangu ka tatanggana taya nu méré.Ti dinya manéhna tuluy ngajentul di imahna bari humandeuar pokna, “Aduh, cilaka teuing diri aing ieu, nya ayeuna paéh langlayeuseun téh”.

Sanggeus ngomong kitu téh, tulcel, boga niat rék ngaroroték deui ka tegal, bari sugan manggih dangdaunan atawa bongborosan nu ngeunah dihakan, keur tamba ulah langlayeuseun teuing. Geus kitu bral leumpang ngajugjug ka tegal kaso urut nyundutan, anu deukeut kana talaga, sarta di sabeulahna deui nyandingkeun walungan gedé. Barang datang ka dinya, éta nini-nini téh manggih lauk deleg pirang-pirang, rék pindah tina walungan kana talaga. Sanggeus nepi kana tengah-tengah éta tegal kabeurangan, panon poé geus kacida teuing panasna, jadi deleg kabéh awakna taluhur kukumurna, ku tina seuseut datang ka henteu bisa maju leumpangna. Kusabab éta deleg kabéh pada nyandang susah tanwandé manggih bilahi paéh kasaatan.
Di dinya éta nini-nini téh bungah kacida, pikirna geus tangtu manggih untung meunang lauk pirang-pirang boga keur nukeuran sangu. Tapi manéhna héran neuleu aya hiji deleg, anu panggedéna ti sakabéh baturna, jeung deui leumpangna ogé pangheulana, kawas-kawas nu jadi ratuna sarta bisaeun ngomong, pokna, “Samiun Alah kuring neda hujan! Samiun Alah kuring neda hujan!” Kitu baé omongna bari tatanggahan ka luhur. Ari ku nini-nini téh didéngékeun baé saomong-omongna éta deleg téh, hayang nyaho kumaha kajadianana. Barang geus kira-kira satengah jam lilana datang hujan gedé naker wani cileungcangan, ti dinya éta deleg barisaeun deui leumpang tuluy kebat lumakuna, ari nini-nini téh datang ka ngadégdég awakna tina bawaning tiris kahujanan sarta léngoh balikna teu barang bawa.

Kacaritakeun éta nininini téh sanggeus datang ka imahna tuluy mikir bari ngomong di jero haténa, “Ih boa lamun aing ogé neda widi ka nu ngaran Alah téh, meureun di paparin, ari piomongeunana mah nya cara deleg téa baé, ngan bédana aing mah rék neda uwang.
Ti dinya éta nininini ség baé tapakur di imahna, bari ngomong tatanggahan ka luhur nurutan sakumaha kalakuan deleg téa. “Samiun Alah kuring neda uwang! Samiun Alah kuring neda uwang!” Kitu baé omongna teu eureun jeung pikirna anték kacida panedana ka gusti Alah, datang ka geus teu aya pikiran deui ka nu séjén.

Ari jalma anu imahna di tangkodan ku imah nininini téh, banget ngéwaeunana, ku sabab gandéng jeung bosen, saunggal poé unggal peuting ngadéngékeun omongna éta nininini, ngan kitu baé, taya pisan répéhna. Tuluy baé nyentak ka nininini téh pokna, “Nini! Répéh aing gandéng, ngan kitu baé euweuh deui kasab, moal enya Alah téh sumping ka dieu, seba duit ka manéh; jeung kitu baé mah anggur ngala suluh, ngala daun ka leuweung meureun aya hasilna; jeung deui; lamun manéh henteu beunang di carék, geura undur baé imah manéh ulah ditangkodkeun ka imah aing.

Panyentakna éta nu boga imah ku nininini henteu digugu, tonggoy baé ngomong nyuhunkeun duit ka Alah anggur beuki tambah maksudna.Bareng geus nepi ka lima poéna, anu boga imah téh, beuki kacida garétékeunana, henteu beunang dicarék, sarta dititah undur henteu los. Ti dinya éta jalma tuluy nyokot karung goni beunang ngeusian ku beling, datang ka pinuh sarta dipékprékan, supaya jejel ambih beurat, niatna rék dipaké ngabobodo ka nini-nini téa, sina di nyanaan duit paparin Alah ragrag ti luhur, jeung sugan nyeurieun ditinggang tonggongna, ku éta karung ambih kapok moal ngomong kitu-kitu deui.
Kira-kira geus wanci sareupna ku éta jalma karung téh dibawa naék ka para, tuluy diponcorkeun tina sipandak ditindihkeun ka handap mener kana tonggongna nininini téh kalengger tina bawaning nyeri. Ana geus inget, nénjo aya karung ngadungkuk kacida atoheunnana, panyanana nya éta karung duit, paparin ti Alah.
Anu boga imah téh suka seuri nénjo kalakuan nini dug-dug deg-deg, semu banget atohna. Geus kataksir piengkéeunana bakal meunang éra kabobodo, karana nu dikarungan téh tétéla pisan yén beling.
Geus kitu karung téh disembah ku nini-nini téh bari ngomong kieu, “Nuhun Alah! Nuhun! Naha loba-loba teuing maparin duit téh, mana ari keur ajengan, aya kénéh nun?” Ti dinya tuluy geuwat dibuka. Geus kitu kersana nu agung, dumadakan éta beling kabéh jadi duit, aya uwang emas aya uwang pérak, jeung deui kumaha gedéna baé aya nu jadi ringgit, aya nu jadi ukon.

Ari isukna tatangga kabéh daratang ngadegdeg, yén éta nini-nini meunang bagja boga duit pirang-pirang, asal tina dibobodo, malah kapala distrik sumping ka dinya ngalayad, sarta tuluy dilaporkeun ka nagara jeung ditétélakeun asal purwana. Ari timbalan ti nagara, éta nini-nini henteu kaidinan cicing di kampung, bisi aya nu nganiaya dipaling duitna, jeung diurus dipangmeulikeun lembur imah, katut eusina. Ti wates harita éta nini-nini téh jadi sugih teu kinten-kinten.Kitu deui dipikanyaah ku menak-menak tina saregep kumawulana jeung tambah alus budina, kalulutan ku jalma réa sobatna, tina suka tulung ka jalma-jalma nu miskin, sumawonna ka nu keur kasusahan, margi ngaraskeun kadirina basa keur malarat kénéh.Kacaritakeun éta jalma, anu méré karung beling téa, kabitaeun naker neuleu éta nini-nini téa jadi beunghar, lantaran dibobodo karung beling ku manéhna. Geus kitu boga niat hayang nurutan.

Ti dinya tuluy nganjang, sejana rék badami, supaya dibales ku éta nini-nini téa sina nindih ku karung beling ka manéhna, pokna, “Nini saterangna éta duit téh asalna beling beunang kula ngarungan, dipaké ngabobodo ka sampéan, kusabab satadina kaula giruk ngadéngékeun ajengan ngomong baé nyuhunkeun duit ka Alah, tatapi ahir-ahir éta beling dumadakan wet jadi duit kabéh. Ku prakara éta ayeuna kaula rék neda dibales ku sampéan, hayang ditinggang ku karung beling, karana tanwandé jadi duit ogé cara nu geus kalampahan, tatapi kaula mah hayang ditinggang ku dua karung, nu galedé, ambeuh kaula leuwih beunghar manan nini. Wangsul nini téh, “Hadé heug baé geura tapakur, cara kaula baréto”. Ti dinya éta jalma téh tuluy balik, sadatang ka imahna heug baé tapakur nurutan sakumaha polahna nini-nini téa sarta ngomong, pokna, “Samiun Alah kuring neda uwang! Samiun Alah kuring neda uwang!” Kitu baé omongna jeung pikirna ujub kacida nangtukeun yén bakal meunang duit ti Alah dua karung goni parinuh. Bareng geus nepi ka lima poéna, nini-nini téh tuluy ka imahna éta jalma nu keur tapakur téa, bari mawa dua karung beling beunang méprékan, sarta tuluy dibawa naék nka para, ti dinya heug éta dua karunganana ditindihkeun kana tonggongna.Barang blug ninggang, sek baé kapaéhan malah-malah tulang tonggongna datang kapotong.Arina inget ngageuwat ménta parukuyan ka pamajikanana, heug karung téh dikukusan, ari mentas dikukusan tuluy disembah, bari ngomong nurutan cara omong nini-nini téa, pokna, “Nuhun Alah! Nuhun! Naha maparin duit réa-réa teuing, mana ari keur ajengan? Aya deui?”

Barang geus tamat ngomong karungna dibuka, béh beling kénéh baé henteu daékeun jadi duit, ti dinya kacida hanjakaleunana datang ka ngalembah rék ceurik tina bawaning aral, ség baé bijil omongna suaban ngahina ka gusti Alah pokna, “Ih naha Alah téh wét pilih kasih, dipangnyieunkeun duit sawaréh? Ari kaula henteu? Jeung deui: kumaha naha atawa Alah téh geus diganti deui tayohna, da nu baréto mah bisa nyieun duit ku beling, ari Alah nu jeneng ayeuna tayoh-tayoh henteu bisaeun?

Ti wates harita éta jalma gering heubeul pisan nyeri cangkéng, tatamba kapirang-pirang dukun. Tina aya kénéh berkah Alah bisa cageur ogé, tatapi tanpadaksa, jadi bongkok tonggongna, datang ka henteu kuat nyiar kahirupan rosa-rosa, lawas-lawas manéhna jadi malarat cara nininini téa, kawas-kawas jadi tépa malaratna éta nini ka éta jalma téa.